GREEN STREET HOOLIGANS: Ketika Subculture Menjadi Pop Culture

Gemilang
4 min readNov 7, 2023

--

Source : Amazon UK

Bayangin, kamu sedang berkunjung ke tempat kakakmu yang sudah menikah dan tinggal di luar negeri. Disana, kamu bertemu dengan saudara ipar kakakmu, adik dari suami kakakmu yang berasal dari negara tersebut yakni inggris. Sejak awal bertemu dia sangat anti terhadapmu karena kamu berasal dari Amerika, Ia beralasan karena di negara mu menyebut sepak bola dengan soccer dan mengganggap American Football adalah olahraga payah. Kamu tidak mengerti maksudnya. Namun karena suruhan dari kakak iparmu untuk mengajakmu jalan-jalan, Ia menjadi terpaksa dan menawarkan ide “Bagaimana kalau kamu ikut bersamanya dan belajar sesuatu tentang sepak bola (Football) Inggris.” Yapp, itulah gambaran awal dari film “Green Street Hooligan.”

Greeen Street Hooligan merupakan film drama Inggris yang rilis pada tahun 2005 dan telah didistribusikan oleh Universal pictures ke seluruh penjuru dunia dan meraih beragam penghargaan. Film yang disutradarai oleh Lexi alexander ini menceritakan tentang “Football hooliganism” di Inggris yang muncul pada tahun 1960an dan mulai redup di era akhir 80-an hingga awal 90-an.

“Football hooliganism” merupakan praktik yang erat dikaitkan dengan kekerasan yang terjadi di kalangan supporter bola. Hooligan adalah predikat yang diberikan oleh media-media inggris untuk menggambarkan aksi ricuh dan prkatik menyimpang yang diprkarsai oleh supporter bola.

Kemunculan subkultur hooligan sering dikaitkan dengan perilaku para pemuda laki-laki kelas pekerja inggris yang meciptakan ikatan emosional yang sangat kuat dengan klub sepak bola yang mereka dukung (biasanya merupakan klub yang berasal dari tempat mereka tinggal), mereka menganggap kelub adalah identitas sosial mereka dan rela berkelahi demi sebuah nama klub.

Para kelompok hooligan terorganisir dengan sebutan “firm.” Tak jarang Firm memunculkan rivalitas diantara klub yang dikarenakan firm hooligan dari sebuah klub sering bertemu dan berkelahi dengan firm hooligan dari klub lain dan meninmulkan perseteruan yang sengit apabila mereka bertemu, Paling sering adalah klub yang berasal dari kota yang sama. Saling ejek dan permasalah klub mana yang paling hebat menimbulkan perkelahian diantara mereka. Selain itu, permasalahan teritori seperti pada contoh klub Millwall dengan kelompok atau yang sering disebut mereka “Millwall Bushwacker firm” dengan West Ham “Inter city Firm” yang sering bentrok dikarenakan berasal dari kota yang sama yakni london. Dan banyak contoh lain dimana hooliganism menciptakan rivalitas diantara klub sepak bola khususnya dalam konteks sepak bola inggris.

Perilaku seperti sering berkelahi dan erat kaitanya dengan keekerasan adalah penggambaran dari sifat maskulinitas agresif yang dimiliki oleh para pemuda laki-laki kelas pekerja inggris. Mereka erat dengan kekerasan dikarenakan mereka tumbuh dan besar lingkungan kelas pekerja yang keras dan agresif, sehingga mereka melihat perilaku agresif sebagai perilaku yang positif dibandingkan dengan para individu yang berasal kelas menengah keatas. Aksi kekerasan menjadi perilaku yang dinormalisasikan dan muncul di ruang publik sebagai norma maskulinitas. Para pendukung yang tergabung dalam kelompok hooligan menginternalisasi sifat maskulin yakni “Keras” dengan melakukan perilaku kekerasan. Sifat maskulinitas inilah yang memunculkan kecendurungan bagi pria untuk menikmati perkelahian sebagai sumber pencarian makna, status, dan gairah emosi yang menyenangkan. Selain itu, bagi para pemuda kelas pekerja hooliganism adalah ajang bagi mereka untuk meraih status sosial yang tidak bisa mereka dapatkan di sekolah atau lingkungan kerja, sehingga mereka menggunakan intimadasi fisik seperti berkelahi untuk membangun kesuksesan mendapatkan status di kalangan Hooliganism Firm dan orang lain nantinya memandang mereka sebagai seseorang yang hebat sertaberani dan menaruh penghargaan tinggi pada mereka. Seperti yang dapat dilihat pada film Green Street Hooligan dimana ketika karakter utama berhasil mengalahkan kelompok hooligan musuh, Ia mendapatkan Respect dari kelompoknya. Selain itu Green street Hooligan juga menggambarkan bagaimana anggota dari Hooligan Firm menjaga dan melindungi satu sama lain. Selain itu pakaian yang digunakan dalam Film tersebut seperti mantel “Stone island” penggunaan sepatu trainer dan jaket harrington adalah penggambaran dari casual subcluture yang mana merupakan turunan dari atau bentuk lain dai subkultur Hooligan.

Source : Flickr

Casual Subculture muncul dikarenakan pada masa itu para hooligan erat dikaitkan dengan penampilan skinhead dengan bombber jaket dan sepatu boots selain dengan atribut klub. Para polisi dan penegak hukum lain yang mulai sadar mereka akan segera menangkapi orang-orang yang beratribut demikian dan dikaitkan dengan praktik hooliganism yang akan menimbulkan kericuhan. Sehingga, untuk mengelabuhi polisi, para kelompok hooligan mengenakan brand-brand yang ada di benua eropa atau bran-brand sportswear seperti “Fred perry,” “Tacchini, ” “ adidas,” dll. Mereka mengenakanya untuk kepentingan mengelabuhi polisi.

Munculnya film Green Street Hooligan menjadikan subkultur “Football Hooliganism” beralih menjadi Pop culture dengan semakin meluasnya penyebaran hooliganism ke seluruh dunia lewat film tersebut. terbukti di indonesia sendiri praktik-praktik kekerasan dan hooliganism sering dujumpai. Meskipun memang sejak awal perkelahian antar supporter memang dapat ditemui. Namun, yang membedakan adalah dengan adanya hooliganism yang menyebar ke seluruh penjuru dunia termasuk indonesia semakin sering orang-orang mengaitkan antara sepak bola dengan kekerasan, perkelahian dan kerusuhan. Seperti munculnya subkultur hooligan pertama kali di inggris, yang mana hooligan terkadang diisi oleh orang-orang dengan pengetahuan sepak bola yang biasa-biasa saja namun memiliki hasrat untuk berkelahi yang tinggi. Hooligan menjadi ranah bagi mereka untuk memuntahkan maskulinitas agresif yang ada dalam diri mereka dengan melakukan perkelahian dan kekerasan. Adanya film “Green Street Hooligan” semakin menjadikannya sebagai panutan bagi bagi orang orang yang memiliki maskulinitas agresif dan mencintai sepak bola untuk ikut serta memiliki kehidupan layaknya seorang hooligan.

--

--

Gemilang

Menulis tentang masa muda dan kesenangan yang ada di sekelilingnya